Kamis, 14 April 2011

SUBJEKTIVITAS DAN OJEKTIVITAS DALAM SEJARAH

Husnul Yakin

ABSTRAK

Kata Kunci : Subyektivitas, Obyektivitas.

Kajian makalah ini membahas tiga permasalahan yaitu (1) pengertian tentang subyektivitas dan obyektivitas (2) factor-faktor yang mempengaruhi subyektivitas dalam sejarah (3) bagaimana penulisan sejarah itu agar tidak terlalu obyektif dan subyektif. Mengenai pengertian dari subyektivitas dan obyektivitas, secara oposisi biner sederhana bahwa subjektif itu memihak dan obyektif itu tidak memihak. Pengertian ini kemudian penulis kewmbangkan dengan beberapa rujukan seperti Muh.Ali, Louis gotschalk, sartono kartodirdjo. Kemudian factor yang mempengaruhi subjektivitas dan obyektivitas dibagi kedalam empat bagian yaitu sikap berat sebelah, Prasangka Kelompok,interpretasi yang berlainan tentang faktor sejarah dan pandangan dunia yang berbeda. Didalam tulisan juga akan disebutkan kesalahan-kesalahan sejarawan ketika menulis cerita sejarah seperti : kesalahan pemilihan topic, kesalahan pengumpulan sumber, kesalahan verifikasi, kesalahan interpretasi, kesalahan penulisan.

Pendahuluan
Di antara pertanyaan mendasar yang muncul ketika kita membaca sejarah adalah apakah sejarah yang kita pelajari dan baca itu memang objektif, atau ia tidak lebih dari gambaran penulis yang telah dipengaruhi oleh berbagai macam nilai? Tulisan ini akan menghadirkan
Pengkajian sejarah menjadi subjektif ketika subjek yang tahu, yaitu sejarawan, ikut hadir di dalamnya. Dan pengkajian menjadi objektif ketika hanya objek penulisan sejarah yang dapat diamati. Subjektivitas ini terjadi, di antaranya, ketika sejarawan membiarkan keyakinan politik dan etisnya ikut berperan serta. Dengan kata lain, ketika nilai-nilai yang dianutnya turut memainkan peran dalam proses pengkajian sejarah. Subjektivitas juga terjadi ketika sejarawan menghadirkan gaya penulisan atau pendapat-pendapatnya yang benar atau tidak benar secara ilmiah.
Pembahasan
Menurut kamus filsafat Subjektivitas adalah
1. Mengacu ke apa yang berasal dari pikiran ( kesadaran, diri, dan bukan dari sumber-sumber objektif ).
2. Apa yang ada dalam kesadaran tetapi tidak mempunyai acuan objektif diluar atau konfirmasi yang mungkin. Sedangkan Objektif menurut Muh.Ali : Objektif berarti seperti objek : foto sebuah botol adalah objektif karena foto tersebut tepat seperti kenyataan ( Ali. 2005 )
Sejarah dibuat oleh manusia berdasarkan fakta-fakta atau warisan masa lalu. Manusia disini adalah subyek sejarah, fakta atau warisan adalah obyek. Betapapun obyektivitas diusahakan, obyektivitas itu tenggelam dalam kesubyekan. Sebab untuk menjadi sejarah, obyek itu harus ditafsirkan oleh subyek. Tanpa penafsiran obyek itu akan menjadi hambar. Obyek yang ingin memberikan gambaran tentang dirinya, tidak berbicara sendiri, tetapi bicara melalui subyek. Karena itu, subyektivitas itu akan lebih banyak mendapat kesempatan bicara. ( Gazalba, 1981 )
Penyebab dari hal-hal diatas adalah : 1. fakta-fakta yang dapat diambil dari sumber-sumber sejarah hanya merupakan sebagian kecil sekali dari kenyataan. (2) psikologi manusia tidak mungkin dapat menguasai fakta-fakta seluruhnya, seandainya semua fakta dapat disediakan.(3) manusia mengadakan seleksi berdasarkan minat perhatiannya; fakta-fakta yang ternyata tidak lengkap sama sekali itu masih disaring lagi berdasarkan pendiriannya; justru karena ia adalah seorang manusia yang berpribadi, ia harus dan mesti memilih.
Menurut Poespoprodjo, obyektivitas adalah ketidaktersembunyiannya realitas, jadi yang ditunjuk adalah barang itu sendiri. Sebagai subjektivitas yang berada di dunia, manusia membuka selubung realitas, ia membiarkan barang-barang itu berada baginya. Tetapi, ia membiarakan barang-barang tersebut berada sebagaimana adanya. Jejak-jejak masa lampau “ dibiarkan “ sebagaimana adanya, jadi tidak di bengkokkan sesuai dengan kepentingannya sendiri bila ia seorang sejarawan. ( Poespoprojo, 1987 )
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Subyektivitas Dalam Sejarah
1. Sikap berat sebelah pribadi
Adalah rasa tidak senang terhadap individu maupun jenis-jenis orang.
  1. Seorang nasionalis unitaris seperti Moh. Yamin memuliakan gajah mada sebagai pahlawan persatuan, sebagai democrat, sebagai pendekar kedaulatan Indonesia.
  2. Hamka sebagai seorang ahli agama Islam yang mencintai dan membela agamanya menyatakan bahwa Gajah Mada berusaha menguasai umat Islam di sekitar Selat Malaka. Baginya, Gajah Mada itu seorang Hindu yang ingin menguasai Nusantara dengan kekerasan senjata.
2. Prasangka Kelompok
Adalah anggapan-anggapan yang dikandung masing-masing sejarawan sebagai anggota sesuatu kelompok, baik kelompk nasional, keagamaan maupun social. Sejarawan Indonesia akan mempunyai pandangan lain mengenai Trikora dengan sejarawan Belanda. Sejarawan Islam akan berpandangan lain mengenai Perang Salib dengan sejarawan Kristen.
3. Interpretasi berlainan tentang faktor sejarah
Adalah tafsiran lain-lain mengenai apa sesungguhnya pengaruh yang terbesar terhadap terjadinya sesuatu peristiwa. Apakah, misalnya saja yang paling menentukan bagi kemenangan kita pada tahun 1949. ada yang mengatakan factor politik internasional ( meliputi factor diplomasi ) kita, ada yang mengatakan factor militer ( berhasilnya gerilya kita ), ada pula yang mengatakan faktor ekonomi ( perlunya Belanda lekas membangun kembali negerinya sesudah perang dunia II )
4. Pandangan dunia yang berbeda-beda
Pandangan dunia yang berbeda-beda akan membawa pengaruhnya di dalam penulisan sejarah, terutama sekali akan nampak dalam sejarah dunia. Sejarawan keagamaan tentu saja lain tafsirannya dibandingkan dengan dengan sejarawan Marxis.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk menghindari subjektivitas dalam historiografi
1. Peranan Human Richnes.
Maksudnya disini adalah kekayaan intelektual dari seorang sejarawan yang harus dimiliki ketika menulis sejarah, karena keberhasilan karya sejarah banyak sekali bergantung pada seluruh disposisi intelektual sejarawan. Kenyataan yang banyak berseluk beluk dan bersimpang – siur dalam praktek sangat menuntut pandangan yang eksplisit reflektif formal dari seorang sejarawan supaya dapat ditangkap dengan tepat.
2. Titik berdiri-profil
Maksudnya disini adalah bagaimana kita menangkap sesuatu ketika suatu objek kita pandang dari sudut pandang tertentu. Misalnya punggung soeharto yang sekarang saya lihat, sesudah saya tadi melihat wajahnya tanpa melihat punggungya, adalah punggung soeharto yang sama yang tadi saya lihat wajahnya. Maka, kalau disimpulkan, saya menangkap kesatuan dan keseluruhan objek yang saya tangkap lewat suatu rangkaian yang tak putus-putusnya dari profil-profil yang bersesuaian dengan banyak titik berdiri ( standpoints ) yang tak terhingga jumlahnya.
3. Mengenali anasir sumber distorsi
Ketika kita menulis sejarah, maka kita akan memasuki kedalaman subjektivitas, yakni kedalaman kemerdekaan ( untuk mengakui atau menolak, apakah saya merdeka betul tidak diikat oleh sesuatu sehingga bias mengatakan sesuatu sebagaimana mestinya ).
PENUTUP
Kesimpulan
  1. Sejarah dibuat oleh manusia berdasarkan fakta-fakta atau warisan masa lalu. Manusia disini adalah subyek sejarah, fakta atau warisan adalah obyek. Betapapun obyektivitas diusahakan, obyektivitas itu tenggelam dalam kesubyekan. Sebab untuk menjadi sejarah, obyek itu harus ditafsirkan oleh subyek. Tanpa penafsiran obyek itu akan menjadi hambar. Obyek yang ingin memberikan gambaran tentang dirinya, tidak berbicara sendiri, tetapi bicara melalui subyek. Karena itu, subyektivitas itu akan lebih banyak mendapat kesempatan bicara.
  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penulisan sejarah adalah
    1. sikap berat sebelah pribadi
    2. Prasangka Kelompok
    3. Interpretasi berlainan tentang factor sejarah
    4. Pandangan dunia yang berbeda-beda

Daftar Rujukan
  1. Gazalba, Sidi. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta : PN Bhratara Karya Aksara, 1981
  2. Ali, Moh. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta : LKiS Pelangi Aksara, Agustus 2005.
  3. Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, November 2001.
  4. Kuntowijoyo. Penjelasan Sejarah.Yogyakarta. Yogyakarta : Tiara Wacana, Februari 2008.
  5. Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah.
  6. Poespoprodjo, DR. Subjektivitas Dalam Historiografi. Bandung : Remaja Karya CV, 1987.

1 komentar: