Kamis, 14 April 2011

PERDAGANGAN BERAS DAN PERPOLITIKAN DI LOMBOK PADA ABAD KE XIX

Pulau Lombok adalah sebuah pulau kecil yang terletak di antara Pulau Bali dan Sumbawa di bagian timur Indonesia dan, kini termasuk daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Le­taknya di antara S012' - 9°1' Lintang Selatan dan 115°44'-116°40' Bujur Timur dengan luas lebih kurang 5.000 kilometer persegi.
Perdagangan beras di Lombok hampir ti­dak dipegang oleh orang Lombok. Kegiatan perdagangan berskala besar baik ekspor maupun impor dipegang oleh orang Cina, Arab dan Bugis, serta Eropa. Kegiatan per­dagangan ini telah menimbulkan pusat-pusat perdagangan antara lain, seperti: Ampenan, Tanjung Karang (di pantai barat), Labuhan Haji, Peju (di pantai timur), dan Sugian (di pantai utara).
Pada tahun 1830-an ada empat kerajaan Bali yang berkuasa di Lombok, yakni: Ka­rangasem-Sasak yang terkuat, disusul Mata­ram, Pagesangan, dan Pagutan. Selain itu masih terdapat daerah-daerah yang dikuasai oleh para bangsawan Sasak yang bergelar datu atau raden Kedatangan Lanang Karan­gasem di Lombok mendorong perpecahan antara Mataram dan Karangasem-Sasak. Terjadi persaingan antara kerajaan Karangasem Sasak dengan Kerajaan Mataram yang dimenangii oleh Mataram.
Setelah menguasai Bali, maka Belanda melakukan berbagai usaha dilakukan pemerintah ko­lonial Belanda untuk menguasai Lombok. Menteri koloni, Baud menganggap bahwa Kerajaan Mataram merupakan bagian dari Karangasem, Bali. Untuk itu Baud meng­usulkan kepada gubemur jenderal untuk membuat perjanjian dengan Raja Karang­asem (Bali), dan memberikan gambaran me­ngenai konsep kontrak-kontrak yang harus diwujudkan. Pembicaraan tentang Lombok semakinn hangat di kalangan para pejabat kolonial Belanda. Pada 13 Juli 1842, Gubemur Jenderal Merkus mengirim utusan, Komisaris Huskus Koopenan untuk membuat perjan­jian dengan raja Mataram. Setelah itu Belanda mulai menancapkan kekuasaannya di Lombok setelah perang besar yang disebut dengan Perang Lombok.





Daftar Rujukan
Anonim. 1964. Surat-Surat Perdjanjian Antara Keradjaan-keradjaan Bali-Lombok dengan Pemerintah Hindia Belanda 1841-1938. Djakarta : Arsip Nasional Republik Indonesia
Parimarta, Wayan. 2001. ARUNG SAMUDRA : Persembahan Memperingati Sembilan Windu A.B. Lapian. Jakarta : ppbk UI
Pariamarta, Wayan. 1993. SEJARAH : Pemikiran, Rekonstruksi, Persepsi. Jakarta : MSI & PT. Gramedia Pustaka Utama
Wacana, Lalu. 1979. Babad Lombok. Jakarta : DEPDIKBUD
Ricklefs. 2009. SEJARAH INDONESIA MODERN. Jakarta : PT. SERAMBI ILMU SEMESTA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar